Selasa, 24 Mei 2011

7 tingkat Kecerdasan Manusia


Manusia yang paling bertaqwa ia diberikan anugerah Kecerdasan Wahyu oleh Allah Subhaanahuu wa ta’aalaa, sedangkan manusia yang paling kafir (ingkar) diberikan Kecerdasan Lahwu oleh Allah Subhaanahuu wa ta’aalaa, yakni sebuah kecerdasan yang SAMA atau LEBIH BURUK dari kecerdasan yang dimiliki oleh binatang ternak. Kira-kira dimanakah kecerdasan kita hari ini berada?

berikut ini 7 tingkatan kecerdasan manusia yang diberikan oleh Allah SWT :

1. Kecerdasan Wahyu (KW)

Secara sederhana, KW ini adalah ketika seorang hamba tidak lagi sedikitpun menuntut sesuatu dari Tuhannya kecuali hanya Ridho dari-Nya. Dia tidak lagi bermain di titik hasrat dan keinginan dunia. . Ia hanya membutuhkan Allah, dan ia mampu bertemu dengan Allah Subhaanahuu wa ta’aalaa dalam masa hidupnya. Dan keberadaan KW ini telah dipraktekkan oleh Para Nabi, special for Nabi Muhammad Shollallaahu ‘alaihi wa sallam ketika peristiwa Isro’ Mi’raj-nya.

2. Kecerdasan Ruh (KR)

adalah Kecerdasan Wahyu yang diberikan kepada manusia selain para Nabi Khusus dan Rasulullah Shollallaahu ‘alaihi wa sallam. Tepatnya Wahyu disini lebih merupakan Ilham dariNya. Kecerdasan Ruh bisa diberikan kepada wali-wali-Nya atau diberikan kepada orang-orang yang beriman yang mencintai amalan-amalan yang sunnah karena Allah Subhaanahuu wa ta’aalaa. Inilah sebuah kecerdasan yang langsung “ditiupkan” oleh Allah Subhaanahuu wa ta’aalaa kepada para hamba-Nya yang beriman mantap. Dan Kecerdasan ini tak mungkin didapat oleh orang yang sekedar ahli fikir dan ahli metafisik tanpa pernah mengikuti jejak Rasulullah Shollallaahu ‘alaihi wa sallam yang telah memberikan berbagai contoh amalan wajib dan sunnah.

3. Kecerdasan Alam Semesta (KAS)

Kecerdasan Alam Semesta ini berpijak pada konsep Sunnatullah dimana hukum-hukum alam yang universal berlaku untuk semua individu yang ada di alam semesta ini. Bagi siapa pun yang dapat memahami rahasia hukum alam ini, maka insya Allah hidupnya akan mencapai kesuksesan di dunia. Contoh penggunaan hukum alam adalah pada Hukum Kekekalan Energi (HKE), yang menghasilkan istilah Epos (Energi Positif) dan Eneg (Energi Negatif). Untuk masalah hukum alam ini, Anda dapat membacanya lebih lanjut di buku “Kubik Leadership”, “Quantum Ikhlas”, “Spiritual Sinergi Semesta”, “The Secret” atau yang lainnya.

4. Kecerdasan Fuad (KF)

KF adalah kecerdasan yang lahir melalui pikiran bawah sadar. Pikiran bawah sadar adalah gudang informasi yang tersusun secara otomatis rapi sebagai karunia-Nya yang mana informasi ini berasal dari lingkungannya. Pikiran bawah sadar kita memiliki kekuatan yang luar biasa (padahal sih biasa-biasa saja dihadapan Allah), karena ia mampu menampung semua informasi, kenangan dan memori yang pernah diserapnya sejak lahir hingga hari ini. Ketika pikiran sadar telah melupakan kenangan itu, tapi pikiran bawah sadar masih mampu mengingatnya dan mengenangnya. . Mengapa demikian? Karena kenangan yang dominan mudah muncul melalui pikiran bawah sadar adalah kenangan yang berisi emosi yang tinggi, dan biasanya emosi yang tinggi identik dengan emosi negatif, sehingga orang yang menggunakan kecerdasan bawah sadar akan mudah terperangkap dengan berbagai emosi negatif lainnya. Sebetulnya, yang Anda butuhkan adalah kenangan yang beremosi rendah, atau kalau perlu kenangan yang beremosi netral, tidak menyakitkan dan tidak pula membanggakan, sehingga keputusan yang Anda ambil kelak akan lebih mudah berada dalam bimbingan-Nya

5. Kecerdasan Qolbu (KQ)

KQ atau juga sering disebut sebagai SAR (Sistem Aktivasi Retikular) atau Critacal Factor atau Critical Area, adalah sebuah pintu masuknya informasi baru dari pikiran sadar (Shodr) menuju pikiran bawah sadar (Fuad), atau masuknya informasi lama (kenangan) dari pikiran bawah sadar menuju pikiran sadar. Jika pintunya terbuka maka akan mudah masuknya, dan jika pintunya tertutup maka akan susah masuknya. Dan terbuka atau tertutupnya pintu SAR sangat tergantung dari rasa keberterimaan atau rasa berserah dari jiwa orang yang diamanahi SAR tersebut. Allah Subhaanahuu wa ta’aalaa adalah Zat yang paling berhak membuka dan menutup pintu SAR. Jika seorang hamba berserah pada Allah Subhaanahuu wa ta’aalaa sepenuhnya, maka pintu SARnya akan dibuka-tutupkan oleh Allah sesuai dengan keperluan. SAR yang selalu tertutup ibarat kita memiliki Qolbu yang mati, dan SAR yang selalu terbuka pun akan membuat hidup kita menjadi tidak memiliki pendirian yang jelas, hilanglah ketegasan. Itu sebabnya, kecerdasan Critical Area ini sangat bergantung dari tingkat keberserahan diri seseorang dan kepada siapa dia menyerahkan dirinya, dengan kata lain, kepada siapakah dia ber-Tuhan.

6. Kecerdasan Shodr (KS)

Kecerdasan Pikiran Sadar adalah kecerdasan manusia ketika menggunakan otaknya secara lebih utuh dengan memarjinalkan fungsi hatinya atau bawah sadarnya. Kecerdasan pikiran sadar identik dengan kecerdasan logika dan sinergis dengan Kinerja Otak Kiri. Pikiran sadar ini memang kadang agak lancang, hampir saja ia mengambil alih semua keputusan yang ada dari setiap masalah. Pikiran sadar ibarat striker dalam tim sepak bola. Pikiran sadar mengambil keputusan akhir dari semua informasi yang diterimanya. Namun demikian, sebagai striker, dia sering mengalami stress jika tidak ditopang oleh suplai bola informasi yang tepat. Dia seringkali gagal mencetak gol, padahal kesempatannya begitu banyak. Dia bingung harus berada di posisi yang mana agar ia pas positioning-nya tatkala menerima umpan, sehingga ia cukup tinggal bergerak sedikit saja untuk menggolkan bola ke jala gawang lawan. Pikiran sadar yang berprofesi sebagai striker tunggal ini, seringkali turun ke belakang untuk menjemput bola. Alih-alih mencetak gol, eh dia malah merecoki pikiran bawah sadar. Wah, tidak mudah ya.

7. Kecerdasan Lahwu (KL)

Lahwu artinya “permainan” atau “senda gurau”. Di dalam Al-Quran dijelaskan bahwa “Sesungguhnya Kehidupan ini hanyalah Permainan dan Senda Gurau(Q.S. 47:36)”. Dan hari ini tidak sedikit yang “terjebak” pada kondisi Lahwu ini.

KL adalah kecerdasan level terendah bahkan bisa lebih rendah dari kecerdasan binatang ternak. Kecerdasan Lahwu hadir ketika ia sudah mulai mengabaikan kecerdasan tertinggi, yakni Kecerdasan Wahyu hingga Kecerdasan Shodr. Ia hanya berimam kepada hawa nafsunya yang disupiri oleh iblis laknatullah.

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka Itulah orang-orang yang lalai.” (Q.S. 7:179)”

Rabu, 18 Mei 2011

Change or die !!!

Change or die, itulah kalimat yang cocok bagi kita yang ingin berubah ke arah yang lebih baik, banyak kita yang terlena dg kehidupan yang nyaman tanpa ada tantangan, sehingga kita terlena dengan keadaan itu, dan tidak jarang kenyamanan itu membuat kita lupa untuk membuat sebuah perubahan yang lebih baik, pernah kah kita belajar terhadap seekor elang yanga melakukan perubahan bagi dirinya untuk bertahan hidup???

elang mengajarkan kepada kita bagaimana melakukan perubahan ke arah yang lebih baik itu memerlukan sebuah pengorbanan walau itu menyakitkan.

Elang merupakan jenis unggas yang mempunyai umur paling panjang didunia. Umurnya dapat mencapai 70 tahun. Tetapi untuk mencapai umur sepanjang itu seekor elang harus membuat suatu keputusan yang sangat berat pada umurnya yang ke 40.
Ketika elang berumur 40 tahun, cakarnya mulai menua, paruhnya menjadi panjang dan membengkok hingga hampir menyentuh dadanya. Sayapnya menjadi sangat berat karena bulunya telah tumbuh lebat dan tebal,sehingga sangat menyulitkan waktu terbang. Pada saat itu, elang hanya mempunyai dua pilihan : Menunggu Kematian atau Mengalami suatu proses transformasi yang sangat menyakitkan – suatu proses transformasi yang panjang selama 150 hari.

Untuk melakukan transformasi itu, elang harus berusaha keras terbang keatas puncak gunung untuk kemudian membuat sarang ditepi jurang, berhenti dan tinggal disana selama proses transformasi berlangsung.
Pertama-tama, elang harus mematukkan paruhnya pada batu karang sampai paruh tersebut terlepas dari mulutnya, kemudian berdiam beberapa lama menunggu tumbuhnya paruh baru. Dengan paruh yang baru tumbuh itu, ia harus mencabut satu persatu cakar-cakarnya dan ketika cakar yang baru sudah tumbuh, ia akan mencabut bulu badannya satu demi satu. Suatu proses yang panjang dan menyakitkan. Lima bulan kemudian, bulu-bulu elang yang baru sudah tumbuh. Elang mulai dapat terbang kembali. Dengan paruh dan cakar baru, elang tersebut mulai menjalani 30 tahun kehidupan barunya dengan penuh energi!

Dalam kehidupan kita ini, kadang kita juga harus melakukan suatu keputusan yang sangat berat untuk memulai sesuatu proses pembaharuan. Kita harus berani dan mau membuang semua kebiasaan lama yang mengikat, meskipun kebiasaan lama itu adalah sesuatu yang menyenangkan dan melenakan.

Kita harus rela untuk meninggalkan perilaku lama kita agar kita dapat mulai terbang lagi menggapai tujuan yang lebih baik di masa depan. Hanya bila kita bersedia melepaskan beban lama, membuka diri untuk belajar hal-hal yang baru, kita baru mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan kita yang terpendam, mengasah keahlian baru dan menatap masa depan dengan penuh keyakinan.
Halangan terbesar untuk berubah terletak di dalam diri sendiri dan andalah sang penguasa atas diri anda. Jangan biarkan masa lalu menumpulkan asa dan melayukan semangat kita. Anda adalah elang-elang itu.
Perubahan pasti terjadi… karena yang abadi di dunia ini adalah PERUBAHAN.
Change or die !!!

Senin, 16 Mei 2011

10 Kriteria dasar yang harus dimilik oleh seorang Pemimpin


Menjadi seorang pemimpin itu tidaklah mudah, diperlukan keahlian dan kematangan dalam berbagai bidang khususnya dalam mengatur, mengendalikan dan memimpin bawahannya. Berikut ini adalah 10 kriteria dasar yang harus dimiliki oleh seorang atasan jika ingin menjadi atasan yang dihormati dan dicintai oleh bawahannya :

1. Bersikap Adil

Seorang atasan yang baik dituntut untuk mampu menilai dengan objektif kelebihan dan kekurangan bawahannya. Penilaian ini harus dilakukan secara professional dan seobjektif mungkin, tanpa terganggu penilaian pribadi. Hal ini dapat dicapai dengan memberikan penghargaan atau apresiasi bagi bawahan sesuai dengan kinerja masing-masing. Dengan begitu bawahan akan dapat menangkap pesan bahwa semakin baik hasil kerjanya, semakin besar pula penghargaan yang diterimanya dari atasan. Pada saat yang sama, seorang atasan juga harus mampu menciptakan peluang yang adil bagi setiap bawahannya untuk menunjukkan kinerjanya. Tujuan dan target yang lebih tinggi justru dapat dicapai dengan menjaga iklim persaingan yang sehat di dalam timnya.

Nasehat tokoh terkenal : ”Pemimpin bukanlah seorang administrator yang suka mengatur orang lain, tetapi seseorang yang mau memberikan bantuan dan dukungan pada anak buahnya sehingga mereka bisa mengerjakan tugasnya”. (Robert Townsend).

2. Mampu Mendelegasikan Tugas.

Jangan mengerjakan semuanya sendirian. Delegasikan tugas-tugas kepada bawahan. Strategi ini membuat Anda punya cukup waktu untuk memikirkan hal-hal yang lebih bersifat strategis, karena Anda tidak perlu memikirkan detail-detail pekerjaan. Pendelegasian tugas kepada bawahan justru akan menumbuhkan perasaan dihargai oleh atasan di kalangan bawahan.

Nasehat tokoh terkenal : “Delegasikan otoritas kepada bawahan, dan jangan ikut campur selama kebijakan yang telah Anda putuskan telah mereka laksanakan .” (Ronald Reagan).

3. Mempercayai Bawahannya.

Jika salah seorang anak buah sudah dipercaya untuk menyelesaikan sebuah tugas, tunjukkan bahwa Anda benar-benar yakin ia mampu menyelesaikannya. Hindari melakukan pengecekan ulang yang berlebihan, atau terlalu sering mengontrol kemajuan tugas yang diberikan.

Nasehat tokoh terkenal : “Atasan yang baik mampu membuat anak buahnya tahu kalau mereka memiliki kemampuan lebih dari yang mereka bayangkan, sehinggga mampu mencapai prestasi kerja yang prima”. (Charles Erwin Wilson)

4. Mau Mendengarkan.

Hanya karena Anda bosnya, tidak berarti Anda selalu benar. Atasan yang baik harus tahu kapan mesti bertanya kepada bawahan, dan kapan harus mengikuti saran yang diajukan bawahannya.
Nasehat tokoh terkenal : “Bawahan yang sanggup mengatakan kebenaran dan pemimpin yang mau mendengarkannya adalah kombinasi yang hebat”. (Warren G. Bennis).

5. Berani Mengambil Tanggung jawab.

Saat satu tugas atau pekerjaan tidak berjalan dengan semestinya, seorang atasan yang baik tidak akan menimpakan kesalahan pada bawahannya. Ia akan mengambil tanggung jawab atas apa yang terjadi, dan segera melakukan tindakan perbaikan. Nasehat tokoh terkenal : “Bersiaplah untuk membuat keputusan. Itulah kualitas terpenting dari seorang pemimpin yang baik.” (George S. Patton)

6. Tidak Pernah Menerima Semua Pujian untuk Dirinya Sendiri.

Atasan yang baik akan dengan rendah hati mengakui bahwa keberhasilan yang dicapai adalah hasil kerjasama tim. Ia tidak akan pernah menerima semua pujian hanya untuk dirinya sendiri, ataupun bersikap seolah-olah hanya ia yang paling berjasa dalam mencapai prestasi tersebut.

Nasehat tokoh terkenal : “Seseorang yang ingin mengerjakan semua pekerjaan demi mendapatkan pujian untuk dirinya sendiri bukanlah seorang pemimpin yang baik”. (Andrew Carnergie).

7. Memberi contoh.

Atasan yang baik harus mampu memimpin dengan memberi contoh. Misalnya, jangan pernah menuntut bawahan Anda untuk disiplin dalam mematuhi jam kerja, jika Anda sendiri tidak mampu datang ke kantor tepat waktu.

Nasehat tokoh terkenal : “Jika tindakan Anda memberi inspirasi pada orang lain untuk bercita-cita lebih tinggi, berbuat lebih banyak dan belajar lebih dalam, maka Anda adalah seorang pemimpin. (John Quincy Adams)

8. Mampu Mengenali dan Mengembangkan Potensi Bawahan.

Jika Anda menemukan potensi-potensi yang dapat dikembangkan oleh bawahan, berikanlah tugas-tugas yang akan mendukung pengembangan karirnya. Jangan mendelegasikan tugas yang itu-itu saja. Berikan kesempatan baginya untuk tampil dan menunjukkan potensinya. Jangan takut bila suatu saat harus kehilangan sang anak buah bila suatu saat ia ingin mencari tantangan baru yang lebih besar. Jangan khawatir, akan ada karyawan lain yang bisa Anda kembangkan.

Nasehat tokoh terkenal : “Kepemimpinan adalah membebaskan anak buah untuk melakukan apa yang harus mereka lakukan dengan cara semanusiawi dan seefektif mungkin”. (Max Depree)

9. Mau Memperjuangkan Kepentingan Bawahan.

Adakalanya perusahaan mengeluarkan kebijakan yang tidak menguntungkan bawahan Anda. Misalnya sistem penggajian yang tidak proporsional, aturan cuti yang terlalu ketat, dan lain-lain. Anda sebagai atasan akan sangat dihargai oleh bawahan jika dapat menunjukkan empati anda terhadap kepentingan mereka, Cobalah bertindak sebagai mediator antara perusahaan dan bawahan Anda. Mungkin tidak selamanya semua keinginan mereka dapat terwujud, tetapi jika Anda melakukannya dengan tulus, usaha Anda akan sangat dihargai bawahan.

Nasehat tokoh terkenal : “Untuk menjadi seorang pemimpin, berjalanlah (berikan dukungan) di belakang mereka. (Lao Zi).

10. Memberi tugas Sesuai Kapasitas Bawahan.

Seorang atasan yang memberikan tugas melebihi kemampuan dan keahlian bawahan umumnya akan dianggap menuntut terlalu banyak dari bawahan. Hasil yang dicapai biasanya tidak akan maksimal. Jika hal ini sampai terulang, akibatnya bisa fatal. Bawahan akan merasa frustrasi dengan pekerjaannya, dan ujung-ujungnya ia akan bersikap masa bodoh dengan tugas apa pun yang diberikan kepadanya.

Nasehat tokoh terkenal : “Kepemimpinan adalah upaya membuat seseorang melakukan apa yang tidak ingin ia lakukan untuk mencapai apa yang ingin ia capai”. (Tom Landry).

Rabu, 11 Mei 2011

Etika Brkomunikasi dengan 5W+1H










Dalam berkomunikasi dibutuhkan lebih dari asal bicara, apalagi asal bunyi. Ada etika yang harus ditaati, baik yang tersurat maupun yang tersirat. Namun demikian pada dasarnya etika itu dapat berdasarkan 5W+1H :

1. Who (siapa)

Dengan mengetahui siapa yang kita ajak berkomunikasi, maka kita bisa langsung menyesuaikan diri. Nada suara, gerak tubuh, pandangan mata, hendaknya seirama dengan siapa kita berbicara. Misalnya saat berbicara dengan anak-anak, nada suara agak direndahkan, gerak tubuh agak mengikuti anak-anak yang kita ajak bicara, pandangan mata lebih lembut. Begitu juga saat kita bicara dengan rekan bisnis, nada suara, gerak tubuh tentu akan menyesuaikan.

2. What (apa)

Setelah tahu siapa yang menjadi teman kita berkomunikasi, kita bisa menyesuaikan apa yang hendak kita bicarakan. Rasanya tidak akan nyambung membicarakan tentang Reksadana Syariah kepada orang yang tidak tahu bahkan tentang bank sekalipun. Hanya akan membuang-buang waktu dan membuat kita semakin keki.

3. Where (dimana)

Membicarakan politik di tempat pesta ulang tahun teman tidaklah tepat, mungkin malah akan merusak suasana pesta. Bergurau secara berlebihan ketika sedang menikmati santap malam disebuah restoran hotel yang cukup mewah saja, anda akan menjadi pusat perhatian dan mungkin akan dicap sebagai perusuh. Bisa jadi semua mata akan memandang anda. Lain ladang lain belalang, lain kolam lain pula ikannya. Apa yang biasanya kita anggap biasa ditempat biasa, mungkin menjadi luar biasa ditempat lain. Begitupun sebaliknya, yang kita anggap bermasalah ditempat kita, ternyata malah menjadi adat ditempat lain. Untuk itu kita harus mampu membuka mata, membuka telinga, membuka hati, menajamkan rasa, agar kita mampu membawa diri ditempat yang berbeda.

4. When (kapan)

Waktu sangatlah penting untuk diperhitungkan dalam menjaga etika komunikasi. Tidak mudah untuk menjadi pandai mengetahui kapan waktu yang tepat untuk membicarakan sesuatu. Mengetahui tentang kebiasaan seseorang yang kita ajak berkomunikasi sangatlah penting agar apa yang kita bicarakan menjadi efektif dan efisien.

5. Why (mengapa)

Mengapa, satu pertanyaan yang bisa menjadi tujuan dari arah pembicaraan. Tujuan ini disesuaikan dengan siapa, apa, dimana dan kapan kita mengutarakan maksud dan tujuan kita. Menentukan arah pembicaraan itu penting selain agar kita bisa lebih fokus, tujuan akan membuat kita memilih kata-kata yang tepat untuk mendapatkan sasaran.

How (bagaimana)

Tujuan baik, tapi cara penyampaian tidak baik, maka hancurlah sudah. Komunikasi kita bisa dianggap tidak beretika. Cara membawa rupa, rupa bisa membawa berkah atau petaka. Cara ini sangat penting untuk dipertimbangkan dengan matang. Salah-salah semua yang sudah kita rencanakan menjadi berantakan hanya gara-gara sedikit salah melangkah.

Note : diambil dari berbagai sumber.