Senin, 25 April 2011
7 Etika Bikin Facebook-an Kian Nyaman
1. Status hubungan Anda adalah keputusan bersama pasangan
Jangan pernah mengubah-ubah status hubungan Anda jika tidak didasari kesepakatan bersama antara Anda dan pasangan. Banyak kasus buruk terjadi akibat seseorang merubah statusnya secara sepihak. Jangan lupa, teman-teman Anda atau teman pasangan Anda bisa mengetahui hal ini dengan cepat.
2. Berteman dengan teman dari sahabat Anda pun ada etikanya
Ketika ingin berteman dengan teman sahabat Anda di Facebook, jangan lupakan keberadaan teman Anda yang di sini berperan sebagai 'penghubung'. Katakan dari siapa Anda mengetahui profil mereka. Anda tak mau
dicurigai sebagai sales bukan?
3. Siapkan diri ketika berteman dengan seseorang yang pernah berkencan dengan Anda
Sebelum Anda melakukannya, lebih baik Anda siap mental dulu. Beberapa status yang dia tulis bisa jadi membuat Anda cemburu. Dibutuhkan kedewasaan untuk melakukan hal ini. Namun jika Anda tidak ambil pusing, lakukan saja.
4. Jangan banjiri profil dengan foto, video, dan komentar yang berkaitan dengan gagalnya hubungan Anda
Hal itu sepertinya tidak pantas dilakukan di Facebook. Jika Anda ingin minta simpati, teleponlah teman Anda, jangan bertanya pada orang-orang di dunia maya, apalagi di Facebook yang diakses banyak orang. Anda malah bisa dipermalukan.
5. Jangan curhat dan buka rahasia di Facebook
Jika Anda ingin curhat dan sejenisnya, lebih baik Anda tidak melakukannya di
Facebook. Gunakan saja e-mail, telepon atau lakukan saat sedang makan bersama teman Anda misalnya. Masih banyak fasilitas lain bukan? Anda tentu tidak ingin rahasia Anda diumbar oleh orang yang tidak bertanggungjawab.
6. Kenali Perbedaan antara Wall dan Message
Suatu pernyataan yang menyangkut hubungan pribadi Anda sebaiknya tidak usah terlalu diekspos. Kalimat seperti "I luv u soo much baaabyy.. I Can't wait too see 2neit", mungkin akan lebih cocok jika ditulis di message.
7. Jangan sekali-kali Membuat profil Palsu
Mungkin terlintas di benak Anda untuk membuat akun palsu mantan pacar yang telah menyakiti Anda. Kemudian, Anda posting hal-hal buruk tentangnya. Tentu saja, jangan pernah benar-benar melakukan hal ini. Jika aksi Anda ketahuan, orang-orang malah bisa memberi cap negatif pada Anda.
Intinya adalah jangan umbar banyak informasi tentang diri Anda apalagi yang bersifat pribadi. Anda tak akan pernah tahu apa saja yang bisa terjadi ke depannya. Ingat, dunia maya meski menyenangkan tetap penuh dengan risiko dan juga orang-orang jahat.
sumber : www.detik.com
Kamis, 21 April 2011
Mau putus asa atau berhasil?
Seorang gadis perantau mencoba peruntungan nasib menjual jamu gendong menyusuri blok demi blok perumahan baru. Berbekal cerita teman-temannya dikampung yang sukses dia sangat yakin akan tertular sukses seperti mereka. Setiap hari, semenjak subuh hingga sinar matahari menyengat panas kulitnya, ia berkeliling meneriakkan jamu-jamunya merayu ibu-ibu komplek perumahan.
Sudah seminggu ia menawarkan jamunya berputar-putar di komplek itu hingga penat menuai, namun tak seorangpun membeli jamunya. Bahkan membuka pintunyapun tidak. Penjual jamu agak kecut berucap “Mungkin penghuni komplek perumahan ini tidak butuh jamu”. Iapun memutuskan untuk tidak lagi berjualan di perumahan itu.
Esok harinya seorang penjual jamu lainya mucul dikomplek itu untuk memulai berusaha jamu gendongnya. Baru saja sesekali ia berteriak pelan menjajakan jamu, beberapa ibu-ibu komplek berteriak memanggil membeli jamunya. Dari mereka ia mendengar ada berita bahwa jamu lebih bermanfaat dikonsumsi dibanding multivitamin yang mengandung zat kimia.
Ibu-ibu komplek itu memutuskan berlangganan jamu secara rutin agar kesehatannya terjaga. Lihat betapa tipisnya antara keputusasaan dengan keberhasilan. Seandainya kita cukup bersabar bahwa belajar adalah sebuah proses bersama waktu, kita akan memetik hasilnya di waktu yang tak kita duga-duga.
Senin, 18 April 2011
Fixie, "Racun" Baru Yang Seksi
Setelah sepeda lipat, dunia persepedaan kini dihinggapi virus fixie (fixed gear). Mengikuti jejak gerakan kembali ke alam, fixie pun mengajak pesepeda untuk kembali ke awal mula sepeda. Sederhana dan minimalis.
Akan tetapi masih ada salah kaprah soal sepeda satu ini. Seperti yang saya dengar saat mengantri di sebuah toko sepeda. "Ada frame fixie Om?" begitu tanya si pembeli. Frame fixie? Sudah kadung menyebar bahwa frame atau rangka fixie harus model balap, pelek tipis dengan dinding ganda, ban ngejreng tipis kecil. Padahal, fixie sejatinya mengacu ke sistem penggerak sepeda yang menggunakan fixed gear atau gir mati. Artinya, frame apa pun, pelek apa pun, ban sepeda jenis apa pun, selama girnya mati ya itu fixie.
Sepeda fixie juga dikacaukan dengan sepeda single speed. Fixie bisa masuk kelompok sepeda single speed, tapi sepeda single speed belum tentu sepeda fixie. Begitupun fixie belum tentu single speed. Soalnya ada juga fixie yang multi speed menggunakan internal hub (Intisari Maret 2010).
Memang, kebanyakan fixie adalah single speed. Bingung?
Hal yang penting lainnya, jangan jadikan fixie sebagai sepeda pertama apalagi sepeda utama. Dalam dunia olahraga sepeda, sepeda fixie dipakai di velodrome yang tanpa pengalang. Lalu diadaptasi oleh pekerja kurir di kota besar di Amerika Serikat untuk menyiasati kemacetan dan mahalnya biaya parkir. Jalanan di sana relatif datar dan mulus dan jarak jangkauan para kurir ini tidaklah luas.
Seorang teman kapok manggunakan fixie sebagai angkutan ngantor tiap harinya karna masalah "di seputar selangkangan". Sedangkan seorang pemula pernah nabrak motor saat ingin berhenti di perempatan yang ada lampu merahnya.
Persoalan ngerem memang menjadi masalah krusial. Yang sudah jago tentu tak masalah melakukan pengereman dengan teknik skid. Untuk itulah, bagi pemula sangat diwajibkan untuk memasang rem depan. Di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Inggris, maupun Australia, setiap sepeda wajib memiliki rem jika digunakan di jalan raya.
Mengapa dipilih rem depan? Sebelum membaca jawaban pertanyaan ini, cobalah perhatikan kendaraan di sekitar kita. Motor misalnya, jika memiliki satu rem cakram bawaan pabrik pasti dipasang di roda depan. Begitu juga dengan mobil. Rem cakram ditaruh di depan sementara untuk roda belakang hanya digunakan rem tromol atau rem drum; dan kita tahu rem cakram lebih "menggigit" dibandingkan dengan rem tromol.
Saat kita mengerem sebuah kendaraan yang sedang melaju, titik gravitasi kendaraan itu akan berpindah ke depan. Hal ini bisa dirasakan saat kita di dalam kendaraan yang direm mendadak, tubuh kita akan terdorong ke depan. Akibat berpindahnya titik gravitasi itu, maka roda bagian belakang terangkat. Untuk kendaraan berat tentu tidak kentara. Berbeda dengan sepeda.
Nah, apa gunanya mengerem roda belakang yang kehilangan daya gigit ke permukaan? Dengan mengerem laju roda depan, maka kendaraan pun akan lebih cepat berhenti. Kalaupun ada rem belakang, maka porsi pengereman pun tetap lebih banyak untuk rem depan. Ada yang menggunakan rumus 75-25 (75% pengereman roda depan, dan 25% roda belakang) atau 60-40 (60% rem depan, 40% rem belakang).
Saat ini sudah banyak toko sepeda yang menjual sepeda fixie. Kepopulerannya menjadikan tren bersepeda bangkit kembali. Mau beli jadi atau merakit sendiri semua berpulang ke kemampuan dana. Juga selera.
Meski "kurang bergaya" atau malah dibilang mati gaya, tapi menggunakan asesoris pengaman bersepeda seperti helm, kaca mata, dan sarung tangan membuat bersepeda Anda menjadi lebih aman.
SEPEDA FIXIE, KESEDERHANAAN YANG UNI
Bersepeda sedang naik daun sekarang ini. Dalam era serba bermotor saat ini, ternyata keinginan untuk bersepeda justru sedang tinggi-tingginya. Toko-toko sepeda pun tidak sepi pelanggan. Sepeda yang dijual laris manis bak kentang goreng, bahkan ada yang kehabisan stok. Sepeda-sepeda yang dijualpun beragam, dari Mountain Bike(MTB) dan yang menjadi trend adalah si “SELI” A.K.A sepeda lipat. Fenomena bersepeda yang cukup menarik dan patut didukung untuk mengurangi polusi. Setelah Sepeda Seli ini, ada lagi muncul jenis sepeda baru yang mulai banyak digunakan oleh para goweser, terutama saat Car Free Day di Renon. Sepeda tersebut adalah sepeda jenis Fixie atau sering disebut dengan jenis Fixed Gear. Sepeda ini datang dengan kesederhanaan dan dengan tampilan unik yang biasanya dibuat ngejreng. Tidak ada kabel-kabel yang melintang kecuali kabel untuk Rem Depan. Apa dan bagaimana sepeda fixie itu ??? berikut penjelasan singkatnya.
Kata Fixie berasal dari kata Fixed Gear. Apa itu Fixed Gear? Fixed Gear ini adalah, gear belakang yang dibikin mati dengan hub(as) roda belakang. Jadi pedal sepeda akan ikut berputar saat roda perputar. Untuk mengerem atau mengurangi laju sepeda, cukup dengan menahan putaran pedal ke arah belakang(untuk yang tidak menggunakan rem depan). Dulu sering disebut dengan Doltrap. Dan sebenarnya ini lah hal utama yang membedakan sepeda fixie dengan jenis sepeda lainnya. Jangan salah pengertian dengan Torpedo. Kalo torpedo adalah pedal masih bisa berhenti mengayuh saat roda belakang berputar. Persamaannya, untuk mengerem sama-sama dengan menekan pedal sepeda ke arah belakang. Banyak yang salah pasang gear ini sehingga keinginan membuat sepeda fixie justru malah jadi sepeda single speed dengan torpedo. Untuk speed sendiri kebanyakan menggunakan single speed, sehingga sepeda fixie akan memberikan kesan sederhana baik dalam tampilan karena tidak adanya kabel-kabel gear speed yang melintang dan mekanik gear yang membikin menjadi rame. Dan juga kemudahan perawatan.
Nah, hal lain yang mencirikan sepeda fixie adalah pada frame. Sebenarnya tidak ada aturan baku untuk frame ini, ada yang menggunakan frame MTB,bahkan frame low rider. Namun kebanyakan adalah menggunakan frame sepeda balap kuno, dengan fork(garpu depan) yang pipih. Mungkin menggunakan sepeda balap, tampilan akan lebih minimalis dan ramping. Frame bisa dipilih dari yang besi maupun yang alumunium biar lebih ringan namun harga lebih mahal. Warna frame body pun dicat lebih genjreng(ini juga menjadi daya tarik sendiri untuk sepeda fixie) seperti putih, merah,kuning, hijau dan lain-lainnya. Untuk stang sendiri tidak lagi menggunakan stang model tanduk domba, kebanyakan menggunakan model stang lurus seperti model MTB. Untuk roda dan ban sendiri, menggunakan ban tipis dengan lingkar ban yang besar biasanya yang 27″. warna ban dan velg pun dipilih warna-warna yang genjreng juga, putih, merah, kuning,dllnya. Sadel, dipilih sadel yang model tipis/langsing agar sesuai dengan frame. Sadel dipilih sesuai selera dan kenyamanan dalam bergowes. Warna pun dipilih yang genjreng. Untuk biaya memiliki fixie ini dapat relatif lebih murah apalagi kalau kita merakit sendiri, dan lebih bersabar dalam memburu komponen-komponennya. Nah komplit sudah mengenai bentuk fisik dari si FIXIE ini. Calon Keong Racun untuk para goweser.
Yang perlu diperhatikan lagi saat bergowes dengan si Fixie ini adalah, keamanan, kenyamanan, dan sejenisnya. Kenapa, karena saat mengayuh sepeda fixie ini, pedal akan terus berputar saat roda belakang berputar. Terutama saat jalan menurun, harus pandai-pandai mengatur pedal dan putaran roda. terlebih lagi tidak menggunakan rem depan. untuk keamanan ini maka sebaiknya menggunakan Rem depan. Selain itu saat jalanan berbelok dan menurun dapat dibayangkan jika pedal pada saat berbelok ada diposisi bawah, dapat menyebabkan benturan dengan badan jalan. Kemungkinan cidera akan semakin besar terutama pada dengkul, karena harus menahan putaran roda belakang untuk mengurangi laju sepeda. Jangan sampai mau bertrendi ria dan bergowes malah menjadi cidera. Kita harus membiasakan diri dulu menggunakan sepeda fixie ini sebelum menggunakannya untuk medan yang berat. Selamat bergowesss…..
sumber foto : washingtonpost.com, gumtree.com