Seorang gadis perantau mencoba peruntungan nasib menjual jamu gendong menyusuri blok demi blok perumahan baru. Berbekal cerita teman-temannya dikampung yang sukses dia sangat yakin akan tertular sukses seperti mereka. Setiap hari, semenjak subuh hingga sinar matahari menyengat panas kulitnya, ia berkeliling meneriakkan jamu-jamunya merayu ibu-ibu komplek perumahan.
Sudah seminggu ia menawarkan jamunya berputar-putar di komplek itu hingga penat menuai, namun tak seorangpun membeli jamunya. Bahkan membuka pintunyapun tidak. Penjual jamu agak kecut berucap “Mungkin penghuni komplek perumahan ini tidak butuh jamu”. Iapun memutuskan untuk tidak lagi berjualan di perumahan itu.
Esok harinya seorang penjual jamu lainya mucul dikomplek itu untuk memulai berusaha jamu gendongnya. Baru saja sesekali ia berteriak pelan menjajakan jamu, beberapa ibu-ibu komplek berteriak memanggil membeli jamunya. Dari mereka ia mendengar ada berita bahwa jamu lebih bermanfaat dikonsumsi dibanding multivitamin yang mengandung zat kimia.
Ibu-ibu komplek itu memutuskan berlangganan jamu secara rutin agar kesehatannya terjaga. Lihat betapa tipisnya antara keputusasaan dengan keberhasilan. Seandainya kita cukup bersabar bahwa belajar adalah sebuah proses bersama waktu, kita akan memetik hasilnya di waktu yang tak kita duga-duga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar